Tulisan ini kubuat sekitar beberapa tahun yang lalu, saat aku benar-benar kecewa dengan hidup dan orang-orang sekitarku, tak peduli bagaimana pendapat orang lain, ya aku memang sudah gila, aku sudah mati rasa. tapi sekarang aku sudah mampu mengatasi semua rasa kecewa dan terus membangun semangat baru namun tetap masih dalam kondisi labil. aku mungkin memang butuh psikiater untuk mengobati jiwaku yang sakit dan sakau ini atau untuk melepaskan segala duka lara ku ini.
ini dia SKENARIO KEMATIAN, selamat menikmati
Aku sering membayangkan mati dengan pergelangan tangan teriris
diatas tempat tidurku, di kamar kos ini. Aku akan menutup jendela
kamarku, mengunci pintu menghidupkan lampu dan membiarkan hpku hidup.
Hingga kemudian tetanggaku, maksutku penghuni kamar kos yang lain mulai
curiga kenapa aku tak pernah kelihatan lagi, padahal sering terdengar
olehnya dering hpku di dalam kamar, juga setiap malam dilihatnya lampu
kamarku tetap hidup dan saat melewati kamarku dia juga merasa heran
kenapa kamarku tidak terkunci dan dia tak sekalipun mendengar suaraku
dalam satu hari ini.
Satu hari telah berlalu dan aku
masih bisa melihat wajah pucatku dengan mata tertutup dan dengan bibir
tersenyum getir yang menandakan penderitaanku serta tangan yang
menguarkan darah, mengeluarkan tetes demi tetes penderitaanku, aku duduk
disisi ranjang melihat tubuhku yang tak bernyawa lagi di atas tempat
tidur ini, kulihat jasadku dan tersenyum akhirnya aku lepas dari semua
penderitaan dunia ini. Kemudian sikecil Dira mulai cemas dan kecarian
akan diriku karena tak punya teman untuk diajak bermain, cucu ibu kos
itu memang dekat sekali denganku.
Berulang kali dia
mencoba menghubungiku, ponselku diatas lemari menjerit-jerit tertulis
nama gadis kecil itu disitu, aku ingin menjawab panggilan itu tapi aku
selalu gagal karena tanganku tak dapat menyentuh hp itu. Sedikit tentang
dira, dia gadis kecil yang mempunyai otak sedikit licik dan cerdik,
anak zaman sekarang memang sangat berbeda sekali dengan zaman-zaman
kecilku dulu, dira berbeda sekali denganku sewaktu kecil, waktu kecil
aku selalu menjadi anak yang penurut dan pemalu sementara dira kecil tak
ubahnya seperti belanda, setiap pertanyaannya adalah menjajah, jika tak
diikuti mengancam atau menyebutku dengan sebutan payah “ ya om Edo
payah, gak gaul, gak ini, gak itu” dan banyak lagi sebutan aneh yang
sebenarnya belum pantas diucapakan oleh mulut gadis kecil itu.
Kami juga sering makan bakso bersama, bakso wak Dun yang sering lewat
didepan kos, atau sekedar mencicipi bakso siomay yang dijual dengan
tusuk lidi dengan saos tomat. Berulang kali dira menghubungiku hingga
akhirnya dia menyerah karena tak mendapatkan jawaban dariku. Kemudian
tetanggaku mulai menyadari sudah terjadi sesuatu dengan diriku, dia
menghampiri kamarku dan mengetuk pintu sambil memanggil namaku berulang
kali, aku menjawab dan tentu saja dia tak bisa mendengarnya, ditariknya
gagang pintu dan terkunci dari dalam, menyadari ketidak beresan itu dia
mencoba mencari-cari celah lewat dinding kamarku namun tak satupun celah
yang ditemukannya, tiba-tiba hidungnya mengendus-ngendus bau tidak
sedap tapi yang terpikir olehnya saat itu adalah bau sungai disamping
kamar kos kami, padahal jika dia menyadarinya saja itu adalah bau darah.
Semakin lama bauitu semakin tajam dan menyengat rasa curiga membuatnya
memberanikan diri menceritakan perihal aku pada ibu kos dan saat itu
sikecil dira juga mendengarkan langsung menyahut “ iya dira
telpon-telpon om edo gak pernah diangakat” . ibu kos menyuruh anaknya
memeriksa kamarku, berulang kali mereka memanggilku, namun tak ada jawab
dari dalam kamarku. salah satu dari mereka berkata “nanti dia pingsan
kayak waktu itu”, “mungkin” sahut yang lainnya. Sedikit kesal anak bu
kos membuka paksa pintu kamarku namu gagal karena terkunci dari dalam,.
Kemudian dia membolongi pintu hingga tanganya bisa masuk dan melepaskan
pengunci pintu.
Pintu dibuka sangat pelan, hati semua
orang dipenuhi tanda Tanya yang teramat besar, Aroma tidak sedap segera
menyeruak keluar, hampir semua mata yang berada didepan pintu kamarku
mau meloncat dari kelopaknya melihat pemandangan didepan mereka, sikecil
dira menjerit, teman-teman kos yang lain menutup mulut tak percaya,
anak ibu kos muntah-muntah dan ibu kos sendiri jatuh pingsan, semuanya
terpaku dan kemudian panik, “lapor polisi” ucap seseorang . mereka tetap
memandangi jasadku yang tergeletak diatas tempat tidur dengan tangan
hampar jatuh kelantai dan mengeluarkan darah. Bisa kulihat raut wajah
semua orang disana, tak percaya aku akan melakukan hal sekeji itu, hati
mereka bersuara ada yang tak percaya dan ada yang sedih. Kudekati
wajah-wajah mereka yang pucat dan tentu saja mereka tak bisa melihatku,
kemudian aku menangis karena melihat ibu kos terbaring karena pingsan,
aku merasa bersalah karena membuatnya repot dengan kejadian ini.
Tak ada yang berani menyentuh jasadku hingga beberapa saat kemudian
polisi dan ambulan datang , semua orang kulihat panik dan hiruk
pikuk, suara sirene ambulan mengaung-ngaungkan kesedihan. Tubuhku
dimasukan kedalam suatu kantung plastik hingga kemudian diangkat menuju
ambulan, sebelum kamarku diberi police line beberapa polisi dan anak
ibu kos sempat membaca beberapa tulisan yang kutancapkan di dinding
kamar, tulisan itu ku bikin diatas tiap kertas a4 dan menancapkannya di
dinding kamarku, tulis itu menggambarkan isi hatiku, “ sad,
cry, desperate, ugly, lonely, jobless, love sex, happy, smile,
hypocrite, hate, lost, missing, alone, dance and dream, hope and tear”,
dan banyak lagi. Lalu salah seorang diantara mereka berkata, dia
tertekan, lalu anak ibu kos menyahut tapi dia kelihatan baik-baik saja ,
selalu ramah dan tersenyum meski jarang berbicara, polisi yang tadi
berkata lalu melihat fotoku yang tergantung di dinding , ya dia memang
tipe pendiam dan penyimpan rahasia, dia juga sangat sensitive katanya
sambil melihat lagi pada fotoku, aku hanya bisa terdiam disudut kamar,
tiba-tiba saja persaaan tak nyaman merasukiku, aku tak suka mereka
menyentuh barang-barang dikamarku, lalu salah seorang polisi mengamankan
pisau yang tergeletak dilantai kedalam sebuah plastic dan kemudain
tanpa diketahui siapapun dia mengambil diary ku. Aku mencoba
menghalanginya tapi tentu sja aku tak bisa karena aku tak bisa menyentuh
apapun,.
Kamarku diberi police line , jasadku dibawa
kerumah sakit terdekat untuk melakukan visum, ambulance bergerak cepat
dengan nauangan kesedihan, aku meluncur cepat menuju ambulan dan dengan
gampangnya aku menaiki mobil tersebut meski tengah melaju, aku duduk di
samping kepala jasadku, kulihat dua orang perawat dan anak ibu kos
duduk terdiam. “ pasti dia stress ucap seorang perawat” “ iya sayang sekali ya padahal dia masih muda dan kelihatannya seperti orang baik-baik”
ucapa perawat yang satu lagi. Aku mendengar semua itu dan mendengar
juga suara hati anak ibu kos yang mengutukku karena membuat masalah di
rumahnya. Air mataku berlinanagan dan kemudian menangis mendengar
kata-kata hati anak ibu kos dan kata dua orang perawat itu, padahal aku
telah menjadi arwah yang penasaran namun masih saja cengeng, payah!!!
Aku melayang dan terus melayang saat jasadku telah sampai dirumah sakit
hingga berhenti tepat berada di atas atap rumah sakit, aku duduk
ditempat itu, karena memang aku suka dengan tempat yang tinggi, tapi
ajaibnya pandanganku mampu menembus kedalam rumah sakit hingga aku bisa
melihat semua kegiatan didalamnya, begitupun kemana mereka membawa
jasadku, kesebuah ruangan yang penuh dengan jasad-jasad orang yang tak
kukenal setelah hasil visum menyatakan bahwa aku murni bunuh diri.
Aku telah duduk disana semalam suntuk dan tiba-tiba saja aku rindu akan
kamar kosku, aku segera melayang ketempat itu, tak ada siapa-siapa
diruangan itu, penghuni yang lainpun tak kelihatan entah kemana, mungkin
mereka takut pikirku, hanya police line saja yang terbentang disana,
aku masuk kekamarku, kupandangi isi kamarku, membaca semua
tulisan-tulisan yang penah kutempelkan didinding kamarku, kulihat
tumpukan buku-buku dan baju-baju dilemari itu serta album fotoku,
lagi-lagi aku menangis memandangi foto-foto itu, ada senyumku yang manis
disana, senyum yang selalu menjadi senjata dan kekuatanku, senyum yang
selalu kuberikan kepada setiap orang semasa hidupku, senyum yang mampu
menambah umurku walau akhirnya senyum itu kalah oleh takdir yang lain,
bunuh diri!!!!
Ku tatap semua album foto itu dan
kemudian tersenyum aku telah bebas telah lepas dari derita dunia
lirihku. Ada foto teman-temanku ku ucapkan selamat tinggal pada
foto-foto itu, kupandangi lagi kesekeliling, kasurku, bonekaku,
bantalku, kalian yang tahu apa yang terjadi dalam hidupku,lirihku pada
benda-benda itu. Kemudian seperti ada yang memanggil-manggil namaku, aku
melayang dan terus melayang hingga ke asal arah suara itu, kerumah
sakit. Kulihat ayah, ibu dan adiku serta beberapa saudaraku tengah
menangis didekat jasadku, ibu yang paling merasa kehilangan diantara
semua itu, tiba-tiba rasa muak muncul dihatiku, aku benci dengan mereka
semua, aku kecewa dan tak ingin melihat mereka, “kalian terlambat lirihku” aku ingin berajak pergi dari tempat itu namun rasanya aku sama sekali tak punya kekuatan melakukan semua itu, aku tak berdaya.
Kulihat
ibu menatap wajah pucatku sambil memegangi tanganku, dia tak berkata
apa- apa selain menangis tapi aku bisa mendengar suara hatinya
berbicara, dia meminta maaf dan menyesal telah mengabaikanku seumur
hidupku, dia tak bisa memaafkan dirinya yang telah menyia-nyiakan aku,
dia memegang tangaku erat-erat berharap aku hidup kembali, dalam hatinya
terus memohon pada Yang Maha Pencipta agar aku bisa merasakan
sentuhannya, rasa hangat yang dialirkannya , dia meminta pada Yang Maha
Kuasa untuk menggantikan nyawanya dan memberikannya padaku. Aku mendegar
semua itu, hatiku luluh untuk wanita yang sama menderitanya denganku,.
Maafkanlah dirimu ibu ucapku lirih berderai air mata.
Kemudian
kudengar suara hati ayahku suara yang tak pernah kudengar sebelumnya dia
menyesal karena tak pernah memberitahuku jika dia bangga dan sayang
padaku, matanya memerah akhirnya tumpah kepipinya dan segera dihapusnya,
lelaki itu memang paling benci dengan air mata. Aku tersenyum ayah tak
pernah berubah pikirku, lalu kudengar lagi kata hatinya, “akhirnya
aku kehilangan putraku satu-satunya untuk selamanya, tujuh tahun kita
berpisah dan bertemu dalam keadaan menyedihkan seperti ini, maafkan aku
anaku.” Aku terharu mendegar kata-kata itu aku menangis dan berkata
lirih, kenapa baru sekarang, kenapa saat aku sudah tak ada lagi, kenapa
baru sekarang merasa kehilanganku. Aku menggigil dan kedua kakiku
rasanya lemas tak berdaya.
Kemudian kudengar lagi suara hati adiku, saudara perempuanku satu-satunya, “sekarang
aku benar-benar sendiri, sekarang siapa lagi yang akan cerewet padaku
akan masalah rambutku, kebersihan rumah dan sekolahku, siapa lagi? Kau
bahkan tetap begitu padaku salama tujuh tahun ini meski sekalipun kita
tak pernah bertemu, kau bahkan tak pernah bercerita masalahmu padaku,kau
satu-satunya saudaraku, meskipun kadang aku cuex bukan bebarti aku tak
memperhatikanmu, aku melakuakan smua itu karena memang sifatku yang
pendiam”.
Aku masih terus menangis kemudian kudengar suara
hati seorang teman yang amat kukenal, maimuna sahiba, maaimuna sahiba
yang baik dan sering menolongku dari kesusahan, “ finnaly kau pergi
juga, kau bahkan tak cerita apa masalahmu, kenapa? Dasar gadis bodoh
umpatnya untuku, kau bilang mau mengalahkan dunia sialan ini bersamaku,
kau bilang mau jadi temanku selamanya, tapi kau malah meninggalkanku,
menipuku dengan cara kampungan itu, bahkan kau masih punya utang yang
belum kau bayar padaku, dasar kau gadis bodoh”, umpatnya lagi, dia terus mengumpat dan terus menyebutku sebagai gadis dalam keadaan seperti itu, dasar “rude boy” lirihku, namun dia merasa kehilangan, bisa kulihat dia menghapus air matanya. Kemudian datang suara hati etekku, “kau bilang kau baik-baik saja, kau sembunyikan semuanya dariku, kau bohongi aku,” kulihat etek dan zul fadli menagis.
Aunty
rini juga datang, dia hanya mengirimkan doa untuku dan dia yang tau
bagaimana menderitanya aku walau tak sepenuhnya dia tahu tapi dialah
yang paling banyak tahu apa yang terjadi dalam hidupku., selamat jalan
anaku lirihnya. Saudara-saudaraku yang lain hanya terbengong dan dan tak
bisa berkata-bata selain memndangi wajah pucatku, air mataku masih
belum berhenti saat ibu kos datang melihatku dia menyayangi kematianku
padahal menurutnya aku anak yang baik. Tiba-tiba saja aku merasa ringan
karena kata ajaib maaf, ya aku memaafkan semua yang terjadi dalam
hidupku, maimunaaa teriakku, disurga akan kuganti hutangku dan tentu
saja dia tak mendengarnya.
Tubuhku terasa ringan, kupandangi
ayah, ibu, adik , teman dan semua orang disana. Aku tersenyum lalu
perlahan tubuhku mulai lenyap seperti terhapus, aku tak bisa melihat
kakiku lagi, perlahan tapi pasti sirna dan lenyap hingga aku benar-benar
tak bisa lagi memandang wajah ibu, satu-satunya wanita yang kucintai
didunia ini. Ku tunggu disurga mommy, maaf aku tak bisa membuatmu
bahagia. I love you mom. Kemudian aku benar-benar hilang untuk
selamanya.
Waktuku telah habis, rasa takut yang tiap hari
melandaku juga sirna, kesepian yang tak berujung juga berakhir, tangis
sebelum tidur juga sudah selesai, menulis kisah sedih juga telah tamat,
menyemangati diri sendiri tak perlu lagi, menahan hati dan persaan juga
tak akan kulakukan lagi, paling tidak aku telah kehilangan satu
penderitaan besarku di dunia sialan ini, urusan diakhirat biarlah tuhan
yang menentukan vonis untukku, biarlah …..biarlah…..biarlah……
Namaku xxxxxxxxxx, orang-orang kos memanggilku Edo, aku meninggal
diusia muda meninggalkan sejuta kenangan pahit dan sejuta impian dan
harapan untuk orang-orang yang kucinta. Meninggalkan kisah sedih dibuku
diaryku dan semua itu berawal dihari kelahiranku, hari yang seharusnya
membuatku merasakan kebahagiaan tapi kenyataannya pada setiap tanggal
dan bulan itu, sesuatu yang buruk dan besar selalu terjadi padaku, kata
ibuku aku berbulu buruk yang artinya bernasib sial.
Hujan selalu
turun dihari kelahiranku sebagai tanda kesedihanku yang mendalam juga
sebagai kenangan dalam hidupku, sebagai musik dalam tarian kesedihanku,
inilah aku dan scenario kematianku.
No comments:
Post a Comment